14 Juli 2021

Mengintip Langkah Jepang Menyiapkan Pendidikan untuk Menghadapi Society 5.0

Eric Hoffer, seorang filsuf asal Amerika Serikat pernah berkata bahwa salah satu cara untuk memprediksi masa depan adalah dengan membentuk masa depan. Kata-kata tersebut kini tengah diwujudkan oleh Jepang. Melalui visi Society 5.0-nya, Jepang tengah berupaya memprediksi masa depan dengan membentuk masa depan, dan tidak sedikit negara yang meyakini visi Society 5.0 tersebut dan ikut mempersiapkan diri, tak terkecuali Indonesia.

Lantas, apa itu Society 5.0? Adalah masyarakat super cerdas yang telah mengintegrasikan teknologi seperti big data, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI) dan robotik dalam industri dan semua segmen kehidupan masyarakat.

Dalam visi Jepang tersebut, Society 5.0 merupakan lompatan kelima dalam perkembangan masyarakat. Secara berurutan, perkembangan tersebut meliputi Society 1.0 yang merupakan masyarakat purba yang memiliki corak berburu meramu. Selanjutnya, Society 2.0 yang bercorak agraris, Society 3.0 yang merupakan masyarakat industri serta Society 4.0 yang merupakan era kebangkitan teknologi digital dan informasi.

Perbedaan Society 5.0 dan Society 4.0

Terdapat perbedaan mendasar antara society 4.0 dan Society 5.0. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam Society 5.0 masyarakat super cerdas telah memanfaatkan teknologi untuk seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sebenarnya pada era Society 4.0 masyarakat juga sudah sampai pada tahapan tersebut di mana seluruh tugas manusia telah diotomatisasi menggunakan bantuan robot dan kecerdasan manusia.

Namun, pada Society 5.0, tatanan masyarakat yang berbasis teknologi lebih berpusat pada manusia sedangkan pada Society 4.0, tatanan masyarakat sangat berpusat pada teknologinya itu sendiri.

Baca Juga: Memahami Formative Assessment dan Peluangnya untuk Diterapkan dalam Ruang Kelas

Society 5.0 dalam Pendidikan

Dalam rangka menyiapkan masyarakat menuju Society 5.0, Jepang pun tengah melakukan transformasi besar-besaran di bidang pendidikan. Tujuannya, untuk membentuk sebuah generasi yang mampu beradaptasi di era Society 5.0. 

Kementerian Pendidikan Jepang memprediksi bahwa di era Society 5.0 perubahan teknologi akan terjadi dengan sangat cepat. Selain itu, semua pekerjaan yang selama ini ditangani manusia telah dapat diambil alih oleh robot dan komputer. Oleh karenanya, institusi pendidikan Jepang, mulai dari tingkat SD hingga universitas, harus memfokuskan diri pada kekuatan manusia itu sendiri.

Atsa dasar itulah, pendidikan Jepang akan menitikberatkan pada soft skill seperti komunikasi, kepemimpinan, daya tahan, rasa ingin tahu serta kemampuan membaca dan menganalisis.

Mengutip dari ft.ugm.ac.id, Prof. Dr. Arief Budiman, Guru Besar Fakultas Teknik UGM mengatakan, pada Society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan yang diharapkan akan menjadi suatu kearifan baru dalam tatanan bermasyarakat. 

Transformasi tersebut akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Dalam Society 5.0, juga ditekankan perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan penyelesaian problem sosial.

Pada Society 5.0, manusia tidak hanya dijadikan objek, tetapi berperan aktif sebagai subyek yang bekerja bersama physical system dalam mencapai tujuan.

Nah, Untuk mewujudkannya, Jepang memiliki ide yang sangat radikal yakni:

1. Membuat Sistem Kenaikan Kelas yang Fleksibel

Dalam hal ini tidak akan ada lagi sistem di mana seorang murid naik kelas atau tidak naik kelas. Melainkan, sebuah kelas akan dibagi bagi berdasarkan mata pelajaran dan tingkatannya untuk memastikan tidak akan ada lagi gap pemahaman.

Contohnya, jika murid kelas 5 berhasil naik ke kelas 6 tetapi kurang berhasil dalam pelajaran matematika, dia dapat mengulang mata pelajaran matematika kelas 5 hingga mampu menguasai dasar-dasar matematika dalam kelas 5.

Baca Juga: 9 Teknik Manajemen Kelas yang Terbukti Berhasil Ketika Diterapkan

Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga dan Ilmu pengetahuan Jepang, Yoshimasa Hayashi mengatakan bahwa kelas 5 hingga kelas 7 akan menjadi tahapan paling penting di mana siswa harus menyempurnakan keahlian-keahlian dasar seperti skill membaca dan berhitung.

2. Fleksibilitas Belajar di Universitas

Jika pada sistem pendidikan konvensional, program studi universitas dibagi berdasarkan kelompok saintek (sains dan teknologi) serta soshum (sosial humaniora), maka pada Society 5.0 sistem tersebut tidak lagi relevan.

Pada sistem pendidikan Society 5.0, mata kuliah seperti matematika, sains, programing serta filsafat dan bahasa harus menjadi syarat dasar.

Program GIGA School

Untuk memastikan sistem pendidikannya sejalan dengan Society 5.0, pemerintah Jepang meluncurkan program Global and Innovation Gateway for All (GIGA School). Salah satu implementasi GIGA School adalah untuk melakukan digitalisasi pendidikan terhadap sekitar 13 juta siswa SD dan SMP di seluruh sekolah di Jepang. 

Anggaran sekitar US$ 4,4 miliar pun digelontorkan untuk memastikan pada tahun 2024 semua siswa sekolah dasar dan menengah memiliki tablet (1 device 1 murid), akses terhadap internet cepat dan guru yang memiliki kompetensi di bidang teknologi komunikasi dan informasi.

Untuk mempersiapkan kompetensi guru, pemerintah Jepang bekerjasama dengan sektor swasta membentuk dewan penasihat teknologi informasi dan komunikasi. Di dalam dewan ini, terdapat sejumlah profesional IT yang dilibatkan untuk mengajar, memberikan konsultasi dan arahan pada para guru. Pemerintah Jepang juga menyiapkan pelatihan online untuk para guru.

Dengan adanya dukungan tersebut, para guru diharapkan mampu mendidik murid untuk melakukan riset online, menggunakan aplikasi belajar hingga menggunakan Learning Management System (LMS).

Baca Juga: Cara Melatih Guru Non Tech Savvy Agar Makin Mengenal Teknologi

Bagaimana Indonesia Menghadapi Society 5.0?

Agar siap menghadapi Society 5.0, pendidikan di Indonesia harus sesegera mungkin mengejar ketertinggalan. Metode dan strategi pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah harus lebih memacu murid untuk melakukan self learning, kolaborasi, mengasah leadership dan kemampuan komunikasi

Sebagai konsekuensinya, berbagai sekolah di Indonesia harus sudah mengintegrasikan pembelajaran dengan teknologi yang memungkinkan dilaksanakannya metode dan strategi pendidikan ala society 5.0.

Nah, bagi institusi pendidikan yang membutuhkan solusi di bidang teknologi pendidikan, Acer for Education hadir untuk membantu transformasi digital dunia pendidikan. Selain device berkualitas, Acer juga menawarkan solusi komprehensif untuk dunia pendidikan, Jelajah Ilmu, yang secara terintegrasi menggabungkan Learning Management System standar internasional yang diadopsi ke bahasa dan kurikulum Indonesia, materi pembelajaran e-book, video interaktif dan bank soal, serta media komunikasi antar pihak dalam 1 platform terpadu.

Jelajah Ilmu memberikan kemudahan bagi pelaku pendidikan seperti kepala sekolah, guru, murid, juga orang tua dalam proses transformasi pembelajaran era baru sehingga dapat meningkatkan pengalaman akademis baik secara online maupun tatap muka, pengelolaan penugasan, komunikasi antar pihak dan juga penyediaan materi buku pembelajaran secara terintegrasi.

Selain itu Jelajah Ilmu juga terhubung dengan berbagai sumber belajar mengajar seperti Video Interaktif, eTextbooks, eWorkbooks, eTeachersGuides, eTestpapers, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, kami memberikan gambaran tentang perilaku belajar dan perkembangan siswa kepada guru, kepala sekolah dan orang tua. Jelajah Ilmu memberikan pengalaman akademis yang lengkap serta menjembatani kesenjangan antara pembelajaran di sekolah dan di rumah.
Itulah gambaran bagaimana pendidikan Jepang mempersiapkan diri menghadapi Society 5.0 dan semoga hal tersebut juga mampu dimaksimalkan pada pendidikan di Indonesia.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya