3 Desember 2021

Berapa Rasio Guru-Murid dan Jumlah Siswa dalam Kelas yang Ideal?

Kualitas dan mutu pendidikan menjadi aspek penting yang patut diperhatikan dalam pendidikan di sekolah. Namun demikian, ukuran kelas dan rasio antara guru serta murid yang ideal juga menjadi salah satu aspek pendidikan yang banyak dibahas. 

Pasalnya, ruangan kelas yang lebih kecil sering kali dianggap lebih efektif karena dapat memungkinkan guru untuk lebih fokus pada kebutuhan setiap murid. Selain itu, rasio guru dan murid yang ideal juga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh guru untuk menangani gangguan di kelas. 

Lalu, sebenarnya berapa rasio guru dan murid yang ideal dalam sebuah kelas? Untuk mengetahuinya, simak pembahasan jumlah murid dalam kelas yang ideal dan hubungannya dengan kualitas pendidikan berikut ini.

Baca Juga: Larangan Membawa HP ke Sekolah Ternyata Meningkatkan Nilai Akademik, Ini Caranya Agar Murid Tetap Terliterasi Digital

Hubungan Rasio Guru-Murid dan Jumlah Siswa dengan Perkembangan Akademik/Kualitas Pendidikan

Rasio guru dan murid mengacu pada jumlah murid untuk setiap guru di sekolah. Jumlah ini tidak semata-mata mencerminkan ukuran kelas saja, namun ini juga mencerminkan beban kerja guru dan seberapa besar fokus guru pada setiap murid di kelas. 

Apabila seorang guru memiliki jumlah murid yang terlalu banyak di kelasnya, maka akan sulit bagi guru untuk menemukan kapasitas setiap murid atau fokus pada kekuatan dan kelemahan masing-masing murid di kelas.

Akibatnya, guru akan menjadi lebih sulit untuk menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kebutuhan murid dan mengetahui bagaimana cara mendorong masing-masing murid secara unik untuk menuju keberhasilan.

Di sisi lain, gambaran tentang ruang kelas yang lebih kecil terlihat lebih efektif bagi guru dan murid. Ini karena guru tidak hanya dapat mengenali nama dan wajah setiap muridnya, namun guru juga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan akademis masing-masing dari mereka. 

Dengan demikian guru dapat menyesuaikan pengajaran dengan gaya belajar tertentu yang sesuai dengan murid di kelasnya. Di mana guru mampu mengembangkan hubungan mentoring yang sehat dengan setiap murid di kelas dan menawarkan wawasan serta bantuan dengan cara yang tidak mungkin dapat dilakukan di kelas yang lebih besar.

Selain itu, rasio yang lebih kecil juga dapat meringankan beban kerja guru dan memungkinkan mereka untuk fokus pada kualitas dibandingkan dengan kuantitas pengajaran.

Hal ini kemudian memungkinkan murid di ruangan yang lebih kecil untuk dapat memperoleh kualitas pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan rasio kelas yang lebih besar.

Baca Juga: Seperti Apa Tren Teknologi Pendidikan di Tahun 2022?

Jumlah Murid yang Ideal dalam Sebuah Kelas

Para peneliti telah mencapai konsensus umum bahwasanya ukuran kelas yang lebih kecil dapat menghasilkan keterampilan sosial, emosional, dan akademis yang positif. 

Hal ini juga ditemukan dalam berbagai penelitian, termasuk penelitian ukuran kelas yang dilakukan oleh Glass dan Smith pada tahun 1978 dan  Project STAR Tennessee yang dilakukan pada pertengahan 1980-an.

Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ukuran kelas yang lebih kecil menghasilkan nilai ujian yang lebih tinggi, menghasilkan lebih sedikit murid yang putus sekolah, dan menyamakan kedudukan bagi minoritas dan anak-anak yang hidup dalam kemiskinan. 

Peneliti umumnya setuju bahwa ukuran kelas yang ideal tidak lebih besar dari 18 murid, dengan rasio guru dan murid adalah 1 banding 18. Jumlah ini diperlukan untuk menghasilkan manfaat yang diinginkan. 

Akan tetapi, rasio guru dan murid yang ideal ini bertentangan dengan realitas logistik dan keuangan banyak sekolah di dunia. Oleh karena itu, ada banyak sekolah yang tidak dapat menerapkan rasio ideal tersebut dan tetap melakukan pembelajaran di ruangan kelas yang lebih besar. 

Apa Solusinya Untuk Mengatasi Ketimpangan Rasio Ini?

Rasio guru dan murid di kelas yang lebih besar mungkin tidak dapat memberikan manfaat yang sama seperti di ruangan kelas yang lebih kecil. Namun demikian, ini tidak berarti guru dan sekolah tidak dapat menyiasati ketimpangan yang terjadi di kelas yang lebih besar. 

Menurut Emily Levitt, Vice President of Education di Sylvan Learning, setidaknya ada tiga cara yang dapat dilakukan guru dan sekolah untuk dapat mengatasi tantangan ketimpangan rasio di kelas yang lebih besar, antara lain:

Baca Juga: Teknologi 5G dan Perannya dalam Mewujudkan Smart Classrooms

  1. Menggunakan Teknologi untuk Mengisi Kesenjangan

Saat ini ada berbagai inovasi teknologi yang dapat digunakan oleh guru dan sekolah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas. 

Guru dapat menggunakan modul pembelajaran online atau platform pembelajaran online yang dapat diposisikan dengan baik untuk memanfaatkan waktu murid secara produktif. 

Hal ini kemudian dapat memungkinkan guru memanfaatkan waktu mereka untuk dapat melakukan diskusi dengan kelompok kecil atau individu dan meningkatkan efisiensi pembelajaran di kelas. 

Di sisi lain, penggunaan teknologi juga dapat mendorong penguasaan keterampilan dasar murid dan menangani masalah yang lebih kompleks, seperti kepercayaan diri murid dalam kemampuan belajar mereka. 

  1. Meningkatkan Komunikasi Lintas Kurikulum dengan Ujian Berstandar

Komunikasi lintas kurikulum sangat dibutuhkan untuk mengatasi ketimpangan rasio di ruang kelas yang lebih besar. 

Hal ini sangat dibutuhkan oleh guru dan sekolah untuk dapat menerapkan pendidikan atau pembelajaran yang dipersonalisasi bagi setiap murid. 

Misalnya untuk murid yang kurang baik dalam soal cerita matematika, di mana seorang guru mungkin perlu mengatasi tidak hanya keterampilan berhitung murid tetapi juga pemahaman bacaan mereka.

Untuk dapat melakukan komunikasi lintas kurikulum, sekolah dapat melakukan ujian berstandar yang bertujuan untuk menilai kemampuan setiap murid.

Ujian berstandar umumnya dilakukan oleh lembaga kursus atau bimbingan belajar, di mana mereka akan melakukan pengujian komprehensif untuk menilai murid baru saat masuk dan merancang rencana yang dipersonalisasi menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil ujian tersebut. 

Hal ini kemudian dapat dilakukan oleh guru dan sekolah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan murid dan merancang pendidikan yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan setiap murid. 

  1. Menawarkan Insentif Bagi Siswa

Dalam banyak kasus, insentif dapat memotivasi seorang anak untuk tetap duduk dengan tenang dan membantu mereka belajar. 

Misalnya dengan memberikan token kepada murid yang dipersonalisasi sesuai dengan keberhasilan setiap murid di kelas. Kemudian token tersebut dapat ditukarkan di akhir setiap sesi pembelajaran atau dapat disimpan untuk ditukarkan nanti. 

Pemberian token ini dapat menjadi salah satu cara untuk memperkuat perilaku positif murid saat belajar dan memotivasi mereka untuk lebih semangat belajar. 

Namun demikian, perlu diketahui bahwasanya sistem motivasi bukan hanya tentang memberikan semua orang piala atas pencapaian mereka, tetapi ini juga tentang inspirasi kesuksesan sehari-hari melalui insentif yang dapat dicapai oleh murid. 

Di mana guru dapat memberikan penghargaan kepada murid secara individu atau seluruh kelas untuk tujuan yang sama. 

Itu dia tiga cara yang dapat dilakukan guru dan sekolah untuk mengatasi ketimpangan rasio guru dan murid di ruang kelas yang lebih besar. Dengan ketiga cara tersebut, guru dapat memperluas jangkauan mereka di kelas dan memberikan setiap murid perhatian yang mereka butuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan akademik atau kualitas pendidikan murid.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya