16 Juni 2021

Cara Membentuk Karakter Siswa di Era Pembelajaran Jarak Jauh

Pendidikan yang baik merupakan pendidikan yang mampu menyeimbangkan kualitas akademik dan karakter pada peserta didiknya. Agar dapat meraih kesuksesan dalam hidup, seseorang tidak hanya bergantung pada nilai-nilai akademik semata, melainkan pada karakter dan mental yang tanggung. Oleh karena itu, pembentukan karakter siswa penting dilakukan.

Memang, alasan utama sebagian besar orang tua memasukkan anak ke sekolah adalah agar mereka dapat mempelajari mata pelajaran penting seperti matematika, sejarah, ilmu pengetahuan dan mata pelajaran lainnya. 

Namun begitu, dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan karakterlah yang akan menjadi penentu keberhasilan anak dan akan lebih banyak digunakan dibandingkan sekian mata pelajaran akademis. Melalui karakter yang terbentuk, siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang beretika dan bertanggung jawab baik di dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain memberikan banyak manfaat untuk masa depan siswa, pendidikan karakter juga dapat mendongkrak prestasi siswa dan menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Pasalnya, dalam pendidikan karakter, sikap rajin, patuh, rendah hati, perhatian dan bertanggung jawab merupakan sebagian di antara nilai utama yang diajarkan dalam pendidikan karakter. 

Melalui nilai-nilai ini, murid akan memiliki dorongan untuk serius belajar dan fokus untuk mengejar prestasi akademik. Pembentukan karakter juga akan membuat siswa dapat berinteraksi dengan baik tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama murid.

Itulah sebabnya, pemerintah mencanangkan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk mengimplementasikan penguatan karakter bagi para siswa sekolah. Melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, telah ditetapkan bahwa porsi pendidikan karakter untuk sekolah dasar adalah sebesar 70%. Sedangkan untuk sekolah menengah, porsinya mencapai 60%.

Terdapat 5 nilai karakter utama siswa yang diharapkan untuk dimiliki siswa sekolah di Indonesia. Seperti dikutip dari website kemendikbud.go.id, nilai-nilai tersebut adalah:

1. Religius

Nilai ini mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dengan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun serta damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius ini dapat diwujudkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

Baca Juga: Tantangan dan Tips Agar Guru Sukses dalam Pembelajaran Daring

2. Nasionalis

Nilai ini menuntut cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Sikap nasionalis dapat diwujudkan  melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

3. Integritas

Nilai ini diwujudkan melalui perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. 

Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan.

4. Mandiri

Nilai ini mencerminkan  sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, memiliki daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

5. Gotong Royong

Nilai ini mewujud dalam tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Dalam nilai ini,  siswa diharapkan dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

Baca Juga: 4 Kunci Sukses Menjadikan Sekolah Sebagai Unggulan

Cara Membentuk Karakter Siswa di Era Blended Learning

Pandemi Covid 19 memaksa dunia pendidikan mengubah metode belajar. Saat ini, sekolah-sekolah di seluruh dunia mulai menerapkan metode blended, di mana murid menjalani rotasi antara kelas tatap muka dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Salah satu tantangan yang muncul dari pelaksanaan metode blended adalah siswa tidak hadir dalam lingkungan sekolah. Artinya siswa kehilangan momen interaksi dengan sesama teman dan guru. Siswa pun kehilangan kesempatan untuk menerjemahkan teori-teori pendidikan karakter ke dalam sebuah tindakan nyata. Permasalahan lain yang juga tak kalah penting adalah memastikan siswa tetap terlibat secara antusias saat mengikuti materi pendidikan karakter secara online.

Nah, untuk Anda guru maupun administrator sekolah yang sedang menyusun strategi pembentukan karakter siswa di era pandemi, berikut tips yang dapat Anda ikuti:

1. Buat Aturan Tegas Selama Pembelajaran Online

Formalitas merupakan metode yang biasa digunakan dalam pembentukan karakter siswa. Dalam sekolah tatap muka, formalitas diterapkan dengan pemakaian seragam pada siswa, aturan duduk dan berbicara hingga kewajiban untuk mengantri. Tujuannya adalah agar timbul rasa kepatuhan dan meningkatkan rasa hormat baik pada guru maupun teman sekelas.

Di era pembelajaran online, aturan-aturan serupa harus tetap ditegakkan dengan serius. Caranya bisa dengan mengharuskan murid untuk memakai seragam lengkap saat belajar, tidak makan saat belajar hingga mengatur posisi duduk (tidak boleh berbaring atau menyenderkan badan) saat kelas berlangsung. Murid juga harus dipaksa untuk selalu menyalakan dan menatap kamera serta tidak boleh mengobrol selama kelas berlangsung.

2. Video Conference Sepekan Sekali

Berbagai penelitian menyebut, pembatasan sosial akibat Covid 19 sangat berdampak pada kesehatan mental para pelajar. Hilangnya kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sekelas dan perubahan metode belajar membuat mereka kesulitan mengendalikan emosi. Salah satu cara yang baik untuk membantu para siswa adalah dengan cara memfasilitasi pertemuan daring dengan teman sekelas. 

Lakukan sesi video conference di luar jam sekolah yang melibatkan seluruh murid. Ajak mereka berbagi cerita mengenai apa yang mereka lakukan sepekan terakhir saat berada di sekolah maupun saat melakukan PJJ.

3. Buat Materi Pembentukan Karakter Digital

Salah satu tantangan utama guru saat mengajar online adalah menjaga ketertarikan murid terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu, materi dan alat ajar harus mendukung pembelajaran online.

Dalam hal pelajaran pembentukan karakter siswa, kesulitan yang muncul adalah pada ketersediaan materi dan alat ajar yang terbatas. Kebanyakan sekolah masih menggunakan materi konvensional yang didominasi teori. Sedangkan metode mengajarnya masih menggunakan buku dan ceramah yang cenderung membosankan bagi murid.

Keterbatasan-keterbatasan yang ada sebaiknya disikapi secara kreatif sebagai upaya untuk meningkatkan minat murid. Oleh karena itu, disarankan agar guru mengangkat tema yang relevan dengan kehidupan murid. Misalnya, tentang cyberbullying atau cybersecurity.

Di tengah keterbatasan alat ajar, guru juga bisa membuat video pembelajaran sendiri. Unggah video Anda ke YouTube dan kirim linknya untuk ditonton murid dan ajak mereka berdiskusi ketika kelas berlangsung.

Baca Juga: 5 Kode Etik yang Dijunjung Seorang Guru dan Sanksinya

Jelajah Ilmu Sebagai Solusi Sumber Bahan Ajar

Membuat video interaktif tentu tidak mudah. Selain itu, tidak semua guru memiliki kapasitas dan waktu untuk membuat video pembelajaran sendiri. Sebagai solusinya, sekolah dan guru bisa memanfaatkan Jelajah Ilmu

Jelajah Ilmu merupakan solusi komprehensif untuk dunia pendidikan yang berasal dari kerjasama Acer dan mySecondTeacher (mysecondteacher.com).

Jelajah Ilmu secara terintegrasi menggabungkan Learning Management System standar internasional yang diadopsi ke bahasa dan kurikulum Indonesia, materi pembelajaran e-book, video interaktif dan bank soal, serta media komunikasi antar pihak dalam 1 platform terpadu.

Jelajah Ilmu memberikan kemudahan bagi pelaku pendidikan seperti kepala sekolah, guru, murid, juga orang tua dalam proses transformasi pembelajaran era baru sehingga dapat meningkatkan pengalaman akademis, baik secara online maupun tatap muka. Jelajah Ilmu dapat diakses di situs jelajahilmu.com.

Itulah paparan mengenai pembentukan karakter siswa yang dapat guru atau instansi pendidikan terapkan di era pembelajaran online ini. Selamat mencoba!

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya