9 Juni 2021

Ini Hal yang Dapat Dilakukan Guru untuk Mencegah Cyberbullying

Cyberbullying atau perundungan siber merupakan fenomena yang menjadi momok di kalangan anak usia sekolah. Berdasarkan penelitian yang dirilis security.org pada Juli 2020 menyebutkan bahwa sebanyak 21% anak usia 10 - 18 tahun di Amerika Serikat pernah menjadi korban cyberbullying

Sementara itu di Indonesia, sebuah lembaga penelitian pelajar internasional, The Programme for International Student Assessment (PISA) mengeluarkan data bahwa 41% siswa di Indonesia pernah mengalami perundungan setidaknya sekali dalam beberapa bulan. Korban perundungan siber yang terbesar adalah murid perempuan. 

Berdasarkan data Cyberbullying Research Center pada tahun 2010, jumlah murid perempuan yang menjadi korban cyberbullying adalah 25,8% berbanding 16% murid laki-laki.  Cyberbullying ditengarai semakin meningkat seiring ditutupnya sekolah lantaran pandemi covid-19. Akibat penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini, waktu yang dihabiskan anak di sosial media otomatis meningkat 20% dibandingkan sebelum pandemi.

Fenomena perundungan siber harus menjadi perhatian bagi guru dan sekolah.  Alasannya, perundungan ini bisa mengakibatkan murid tidak fokus dalam belajar sehingga mempengaruhi perkembangan akademiknya. 

Artikel kali ini akan membahas bagaimana guru dapat berperan memerangi cyberbullying dan tips untuk membantu murid mengatasi perundungan. Namun, agar pemahaman Anda lebih komprehensif, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai pengertian cyberbullying itu sendiri.

Baca Juga: 7 Karakter Guru Ideal Masa Kini

Pengertian Cyberbullying

Cyberbullying adalah perundungan menggunakan gadget seperti smartphone maupun laptop di mana pelaku perundungan mengirim maupun menyebar konten yang menyakitkan untuk mempermalukan korbannya.

Perundungan tersebut kerap terjadi di  media sosial, aplikasi chat, email, forum online bahkan dalam games online. Konten cyberbullying biasanya disebar secara anonim oleh pelaku yang juga sesama anak usia sekolah. Sering ditemukan juga bahwa pelaku perundungan tidak mengetahui bahwa komentar yang ditulisnya di media sosial dapat sangat menyakitkan dan bahkan merusak mental orang yang dirundungnya.

Penyebab Cyberbullying

Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi perundung melakukan cyberbullying. Berikut ini merupakan beberapa alasan di antaranya:

  • Pertama, pelaku mencari perhatian atau eksistensi di dunia maya. Anak seperti ini biasanya kurang mendapatkan penghargaan/perhatian baik dari orang tua maupun dari sekolah.
  • Kedua, pelaku tidak mendapatkan kebahagian baik di rumah maupun sekolah. Oleh karenanya anak seperti ini akan mencari kebahagiaan dengan menindas orang lain dan menertawakan korbannya.
  • Ketiga, rumah tangga pelaku tidak harmonis. Pelaku bullying pada anak sekolah juga sering disebabkan karena lingkungan rumah yang tidak suportif. Karena melihat pertengkaran kedua orang tua, seorang anak bisa menjadi pelaku perundungan siber di dunia maya.
  • Keempat, pelaku kurang atau tidak memiliki empati. Pelaku cyberbullying bisanya tidak mampu merasakan sakit malu dan goncangan psikologis yang disebabkan oleh tindakannya. Banyak pelaku perundungan siber juga merasa bahwa tindakannya tidak jahat melainkan tindakan yang lucu.
  • Kelima, balas dendam. Tidak sedikit anak korban perundungan melakukan balas dendam. Motivasinya adalah agar orang lain merasakan rasa sakit dan rasa malu yang dialaminya. Dengan merundung orang lain, pelaku juga merasa terbebas dari perasaan sakit yang dialaminya.

Baca Juga: 7 Cara Mengajar yang Baik, Efektif untuk Siswa SD Hingga SMA

Dampak Cyberbullying

Sekilas sudah disebutkan di atas bahwa salah satu dampak cyberbullying pada siswa sekolah adalah terganggunya konsentrasi belajar. Namun, hilangnya konsentrasi belajar ternyata disebabkan oleh akibat-akibat lain yang membebani pikiran siswa. Berikut ini adalah 7 dampak cyberbullying pada siswa.

  1. Marah

Marah merupakan reaksi paling umum ketika anak menjadi korban perundungan. Anak yang merasakan amarah juga berpotensi untuk melakukan balas dendam dan akhirnya turut menjadi pelaku cyberbullying.

  1. Terisolasi

Dampak satu ini cukup berbahaya bagi psikologi anak. Korban perundungan siber juga kerap merasa sendiri dan terisolasi. Apalagi jika perundungan tersebut dilakukan oleh teman satu kelasnya. 

  1. Rasa Malu Berkepanjangan

Orang yang dirundung biasanya akan merasa malu. Namun, pada cyberbullying rasa malu tersebut bisa bertahan lama khususnya jika konten yang dijadikan bahan perundungan menjadi viral dan dilihat oleh banyak orang. Konten tersebut bahkan dibagikan, di-post berulang kali sehingga menjadi sangat sulit untuk dihapus.

  1. Depresi

Korban bullying bisa mengalami depresi atau stres berat. Sejumlah penelitian menemukan bahwa sebanyak 93% korban cyberbullying merasa sedih, tidak berdaya dan kehilangan harapan.

  1. Tidak Ingin Masuk Sekolah

Ketika anak menjadi korban perundungan siber oleh anak lain di sekolahnya, mereka akan melihat sekolah sebagai tempat yang tidak aman. Konsekuensinya, banyak anak mencari alasan untuk tidak masuk sekolah demi menghindari pelaku perundungan yang juga bersekolah di tempat yang sama.

Peran Guru dan Sekolah dalam Mencegah Cyberbullying

Guru dan sekolah memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani cyberbullying. Terlebih jika sekolah menggunakan teknologi digital dalam proses pembelajaran, maka guru dan sekolah memiliki tanggung jawab lebih untuk mengedukasi murid bagaimana menggunakan teknologi dengan benar.

Nah, jika sekolah Anda ingin mencegah dan menangani fenomena cyberbullying yang telah terjadi, berikut ini sejumlah hal yang bisa dilakukan.

  1. Buat Diri Anda Familiar dengan Kehidupan Siswa

Jika Anda ingin lebih mengetahui konteks dan realitas yang menjadi latar terjadinya cyberbullying, buatlah diri Anda familiar dengan media sosial atau  platform online lain. Pahami istilah dan bahasa yang digunakan mereka dalam interaksi online.

  1. Ajak Murid untuk Melaporkan Bullying

Buat sebuah sistem pelaporan yang memungkinkan korban cyberbullying atau siapa saja yang mengetahui adanya tindakan perundungan siber untuk membuat laporan secara anonim. Sediakan drop box, hotline atau email khusus dan beritahu murid untuk melaporkan kejadian menggunakan saluran-saluran tersebut.

Beritahu murid yang mengalami bully dengan menjamin bahwa pelapor tidak akan diungkap identitasnya sehingga dapat mendorong murid lebih berani dalam membuat laporan.

  1. Ketahui Ciri Korban Bullying

Perhatikan murid Anda. Apakah ada di antara mereka yang memiliki ciri ciri depresi, menutup diri, atau nilainya tiba-tiba turun secara drastis? Bisa jadi mereka tengah menjadi korban bullying.

Baca Juga: Manfaat Pentingnya Mengikuti Komunitas Guru

  1. Gunakan Cara yang Tepat untuk Merespon

Meskipun sekolah harus tetap memberikan konsekuensi pada pelaku perundungan siber, hukuman bukan satu-satunya jawaban. Hal yang lebih penting, pelaku perudungan harus memahami dampak dari perbuatan mereka. Oleh karena itu, konseling bisa menjadi alternatif.

Dengarkan juga suara korban dan warga sekolah lainnya. Biarkan mereka usul ide untuk solusinya. Salah satu usul konkrit yaitu biarkan pelaku dan korban berdialog sehingga pelaku dapat lebih memahami dampak dari perundungan yang dilakukannya.

  1. Libatkan Orang Tua

Di era pelaksanaan PJJ, orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan merespon cyberbullying. Guru juga harus mendorong orang tua untuk terlibat dalam kehidupan mereka di dunia maya.
Adakan seminar mengenai cyberbullying dan undang orang tua. Ajak mereka untuk sama-sama memahami fenomena ini dan beritahu juga kebijakan sekolah terhadap para pelaku perundungan.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya